Kekalahandemi kekalahan yang diderita tentara Jepang, tidak luput dari perhatian para pejuang kita. Waiden segera memerintahkan markonis F Wuz segera menyiarkan tiga kali berturut-turut. Namun baru dua kali disiarkan mendadak datang orang Jepang melarang siaran it. Pemancar radio akhirnya disegel oleh Jepang tanggal 20 Agustus 1945 dan
Jawaban yang tepat adalah E. radio simak pembahasan penghujung Perang Dunia II, terjadi suatu peristiwa yang sangat memukul Jepang. Salah satunya adalah peristiwa pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Peristiwa tersebut mendorong Jepang untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Berita tentang kekalahan Jepang menyebar dengan cepat lewat radio BBC dan didengar oleh tokoh-tokoh muda Indonesia. Bersama dengan Moh. Hatta, golongan muda ini mengadakan rapat di Pegangsaan dipimpin oleh Chaerul Saleh untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Salah satu hasilnya, mereka mendesak Soekarno dan Moh. Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan saat itu juga, atau paling lambat pada 16 Agustus 1945. Hasil rapat ini disampaikan oleh Wikana dan Darwis kepada Soekarno, namun terjadi perbedaan menolak permintaan tersebut karena masih menunggu keputusan dari pihak Jepang. Selain itu, Soekarno juga tidak bisa memutuskannya sendiri. Ia harus berunding dengan tokoh golongan tua lainnya. Golongan tua merupakan orang-orang yang kooperatif kepada Jepang. Mereka tidak ingin terlalu buru-buru dalam memproklamasikan kemerdekaan karena Jepang sebenarnya telah berjanji untuk memerdekakan Indonesia pada 27 Agustus 1945. Golongan tua tidak ingin ada pertumpahan darah demikian, jawaban yang tepat adalah E. radio BBC. Siarandalam negeri pun mendapat penjagaan ketat sehingga butuh perjuangan untuk menyiarkan berita proklamasi. Menurut kesaksian Jusuf Ronodipuro yang waktu itu bekerja di Radio Militer Jepang, semua pintu studio dikunci oleh Jepang pada tanggal 15 Agustus tahun 1945 setelah Jepang menyerah. Pegawai yang berada di kantor tak boleh keluar. Sekarang memutar Michael Bolton Soul Provider Studio FKM Tones And I Ur So F**kInG cOoL World Hits Radio JA Goldfrapp Ride a White Horse J-side Radio Michael Clifton Solid Ground Radio Shiga Rodrigo y Gabriela Juan Loco Radio Hayama acareimon Future J-side Radio Electric Patrick Wolf Damaris J-side Radio Alternative YU-KA Blueberry Pie J1 HITS The Bloomfields Ikaw Ang Musika ICPRM RADIO Japan flumpool Hoshi Ni Negaiwo J1 Xtra JD Souther Faithless Love Freebird Radio Toby Fox Undertale Hitsujibungaku Step J-Rock Powerplay - pieces J-Pop Sakura 懐かしい King Gnu Vinyl Tactacめ The Koolaid Electric Company Distraction Radio Eigekai Indies CHORUSPICE It's a Miracle World! BOX Weeb Anime Network Betsy Curtis Shiroi Iro Wa Koi Bito No Iro Karaoke J1 Gold Chihiro Onitsuka Natsu No Tsumi J1 HD JAZZ PARADISE Floresta - Moonlight Mile Jazz Sakura - asia DREAM radio SEWAKTUCOM - Berikut nama radio pertama yang menyiarkan bom Hiroshima.Awal mula penyebaran berita bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di kota Hiroshima dan Nagasaki. Pada tahun dimana tragedi bom atom jatuh di kawasan Hiroshima dan Nagasaki ternyata tak banyak masyarakat Indonesia yang tahu. Ini dia nama radio pertama yang menyiarkan bom Hiroshima.
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 110025 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d828c5d1da841bc • Your IP • Performance & security by Cloudflare
BangsaJepang berkuasa di Indonesia setelah mengalahkan Belanda yang menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati, Subang pada tanggal 8 Maret 1942 Halaman all Kekalahan Jepang di Perang Asia Timur Raya. Keesokan harinya, 9 Maret 1942, Belanda menyiarkan penyerahan dirinya lewat radio. Setelah itu, Ter Poorten dan Tjarda digiring
- Kemenangan dalam Perang Asia Timur Raya adalah harapan bala tentara fasis Kekaisaran Jepang. Dengan kemenangan, rakyat di Asia akan hormat dan tunduk pada militer Jepang. Namun kenyataan tak seperti harapan mereka. Berhubung kaum fasis pantang mengaku kalah, maka menutupi kekalahan adalah jurus penting. Dunia pers terbilang lesu di Indonesia zaman pendudukan Jepang. Memang masih ada pers, tapi itu haruslah seperti apa yang diharapkan penguasa Jepang. Nyaris tak ditemukan berita buruk soal pemerintah, karena berita soal pemerintah militer haruslah selalu baik. Kaum fasis di belahan dunia mana pun selalu ingin terlihat baik. Militer Jepang memang mati-matian berjuang di Front Pasifik, tapi kemenangan tak selalu bersama mereka. Sudah pasti militer Jepang tahu cara mencitrakan diri sebagai pemenang perang di mata rakyat Indonesia. Termasuk ketika di beberapa pertempuran Front Pasifik Jepang mulai kewalahan melawan Sekutu. Militer Jepang menyita banyak radio dari rakyat, agar kabar kekalahan yang diberitakan radio-radio Inggris atau Australia tidak tertangkap oleh kuping orang-orang Indonesia. Meski menyita radio yang mampu menangkap siaran dari luar negeri, Jepang tetap berusaha agar orang Indonesia mendengar radio. “Jepang membuat jaringan radio yang tetap dengan menempatkan pengeras-suara di setiap desa,” aku Sukarno dalam autobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat 2011. Hanya berita bagus yang menenteramkan rakyat yang disiarkan di radio, termasuk suara Sukarno untuk mengayomi rakyat yang menderita itu. Tidak semua orang Indonesia punya radio untuk menangkap siaran asing. Jika pun mereka punya radio dan mendengar radio asing, belum tentu isi beritanya bisa mereka cerna. Tak semua orang bisa berbahasa Inggris, kecuali mereka yang pernah bersekolah. Fasisme memang mudah tumbuh subur di masyarakat yang kurang terpelajar. Tentu saja tak semua orang Indonesia rela menyerahkan radionya begitu saja. Ada sekelompok orang, seperti Sutan Sjahrir, berani ambil risiko dengan menyembunyikan radionya, dengan maksud menunggu berita kekalahan Jepang. Pada akhir 1944 Jepang sudah tergerus di Indonesia timur. Sekitar Papua, dan pastinya Morotai, sudah berhasil diduduki Sekutu yang makin menguat, baik di bidang peralatan, personel, dan logistik perangnya. Sensor Radio dan Pers Soal kekalahannya, Jepang tidak menyiarkan apapun kepada rakyat Indonesia. Ini tidak sulit, karena semua pers, entah cetak dan radionya, berada dalam kendali petinggi militer Jepang. Pantang bagi fasis untuk terlihat lemah. Apalagi lemah di mata rakyat Indonesia yang telah dirampas padinya, diperkosa perempuannya, dan dianiaya kiainya. Menipu sudah pasti jurus andalan militer fasis. Buku Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh 1977 menyebut sedari beberapa bulan sebelum penyerahan Jepang kepada Sekutu, tentara Jepang telah menyita radio-radio agar penduduk tidak dapat mengetahui tentang berita-berita kekalahan Jepang dan perkembangan kemajuan Sekutu di Front Pasifik hlm. 176. Di bulan Agustus, setelah banyak kota di luar Jawa diduduki Sekutu, orang-orang Jepang tentu jadi tidak nyaman di Indonesia. Mereka tidak mau bicara soal Perang Pasifik. “Berita tentang kekalahan Jepang hanya dapat diduga dari tindak tanduk dan gelagat orang-orang Jepang sendiri,” tulis Laurens Manus dalam Sejarah Revolusi Kemerdekaan, 1945-1949 daerah Sulawesi Utara 1995 53. Kegarangan orang Jepang kepada rakyat Indonesia agak menurun di tahun terakhir Perang Pasifik. “Saya berpikir, kebiasaan ini mereka lakukan untuk menghilangkan ketegangan akibat berita-berita kekalahan Jepang yang mereka hadapi,” aku Komisaris Jenderal Polisi M. Jasin dalam Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang 2013 89. Waktu itu, sepengakuan Jasin, orang-orang Jepang jadi mudah tersinggung. Jepang mau tidak mau harus menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. Setelah Nagasaki dan Hirosima dibom pada minggu-minggu sebelumnya. Berita ini tentu saja tak disiarkan kepada rakyat Indonesia. Pada 2 September 1945, tepat hari ini 76 tahun lalu, barulah Jepang benar-benar menyerah secara resmi kepada itu bukan hanya dapat memperloyo moral serdadu Jepang yang garang dan doyan menggagahi saja, tapi bisa membuat rakyat sipil yang dendam kepada Jepang untuk bertindak melawan mereka. Masalah keselamatan dan harga diri kaum fasis kini tergantung dari bagaimana menyimpan berita buruk yang merugikan. “Terlalu lama Jepang menyembunyikan kekalahannya itu, sedangkan penduduk telah membaca surat-surat selebaran yang dijatuhkan dari pesawat terbang Sekutu yang terbang rendah,” kata Ali Hasjmy dalam A. Hasjmy, Aset Sejarah Masa Kini dan Masa Depan 1994 176. Makin lama, rakyat Indonesia pun mengetahui soal loyonya Jepang itu. Infografik Mozaik Jepang Resmi Menyerah. Peran Kelompok Sjahrir Radio yang dimiliki kelompok Sjahrir belakangan sangat penting perannya dalam Revolusi Indonesia. Sukarno, meski berlawanan dengan Sjahrir, dalam autobiografinya mengakui peran Sjahrir di zaman Jepang. Sjahrir mengadakan gerakan bawah tanah dan menyadap berita dari luar mereka mendapatkan beritanya, mereka tak langsung koar-koar. Berita dari radio asing itu dikabarkan diam-diam dulu ke sesama orang gerakan bawah tanah. Memberi berita ke Hatta pun Sjahrir punya cara yang lebih aman para keponakannya dari Bandaneira dikerahkannya. Dalam buku Mengenang Sjahrir 2010, salah seorang keponakan Sjahrir dari Bandaneira, Lily, mengaku, “bergiliran disuruh mengantarkan berita-berita radio itu ke Oom Hatta, antara lain berita tentang kekalahan dan penyerahan Jepang kepada Sekutu.” Berkat siaran radio soal kekalahan Jepang itu pula pemuda-pemuda revolusioner di Jakarta mulai bangkit. Mereka segera mengadakan rapat dan berkumpul untuk merumuskan tindakan selanjutnya. Berita kekalahan Jepang itu pula yang kemudian membuat mereka berani bergerak. Itu tak lepas dari peran Sjahrir. Para pemuda tersebut lalu mendorong kaum tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya.==========Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 25 Mei 2019. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik. - Politik Penulis Petrik MatanasiEditor Ivan Aulia Ahsan
Seiringkekalahan Jepang, pemerintah Indonesia mengambil alih stasiun radio Jepang yang tersebar di berbagai daerah. Dari sinilah cikal-bakal RRI berdiri hingga diresmikan pada 11 September 1945 di kediaman Adang Kadarusman, di Gang Menteng Kecil. RRI menjadi satu-satunya radio yang boleh menyiarkan berita. Radio swasta hanya diizinkan
Radio berwarna gelap,disembunyikan di kamar tidurnya dan dimulai persiapan kemerdekaan Indonesia oleh para pejuang bawah tanah.Himmah Online, Yogyakarta – SBY tetapkan 10 Agustus sebagai Hari Veteran Nasional’, 10 Agustus ditetapkan sebagai Hari Veteran Nasional melalui Keputusan Presiden No. 30 Tahun 2014.“Hari yang bersejarah tepatnya 10 Agustus, yang setelah presiden pertama kita Bung Karno menyampaikan ke hadapan rakyat Indonesia. Waktu itu 10 Agustus sebagai hari veteran, maka telah saya kukuhkan melalui peraturan presiden tertuis dan resmi bahwa 10 Agustus menjadi Hari Veteran Indonesia,” kata SBY di Peringatan Hari Veteran Nasional, di Balai Sarbini, Jakarta, Senin 11/8.Menengok 10 Agustus 1945 , tepat 70 tahun yang lalu Sutan Sjahrir, salah satu penggerak kemerdekaan RI telah mendengar berita yang dikumandangkan sebuah stasiun radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Hal ini menjadi sebuah berita baik oleh para tokoh, karena para tokoh nasional pada saat itu memang sedang menunggu saat yang tepat untuk meraih dari stasiun radio itu tidak didapat Sjahrir dengan mudah, mengingat semua siaran radio yang ada di Indonesia ketat diawasi dan dikontrol oleh Jepang. Sjahrir dapat mendengar berita kekalahan Jepang tersebut. Sjahrir memiliki satu unit radio berwarna gelap dan tidak tersegel yang artinya ilegal. Radio tersebut disembunyikan Sjahrir di kamar tidurnya. Menggunakan radio itulah, Rosihan mengungkapkan, bahwa Sjahrir dapat menangkap siaran-siaran berita luar negeri yang tidak disiarkan informasi yang ia miliki, Sjahrir menyuruh orang-orang kepercayaannya untuk mengantarkan informasi tentang kekalahan Jepang kepada Hatta. Hatta pada saat itu baru saja mendarat dari Dalat, Vietnam. Bersama Soekarno, ia diberikan janji bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan Indonesia. Melalui informasi itulah, Sjahrir hendak memberi peringatan lupakan janji Jepang, karena Jepang sendiri sudah keok, dan segeralah nyatakan kemerdekaan tanpa embel-embel itu, Sutan Sjahrir juga menghubungi penyair Chairil Anwar yang kemudian meneruskan berita tersebut di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Sjahrir. Para pejuang bawah tanah pun bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Setelah itu, dimulailah persiapan kemerdekaan Indonesia oleh para pejuang bawah Niken Caesanda Audy M. Lanta TentaraJepang terakhir yang menyerahkan diri setelah kekalahan negara itu dalam Perang Dunia II adalah Hiroo Onoda. Letnan Onoda baru menyerahkan diri pada 9 Maret 1974. Selama 29 tahun terakhir

BICARABERITA-Kekalahan Jepang tahun 1945 pada pihak sekutu merupakan peristiwa penting dalam pelaksanaan Kemerdekaan Republik Indonesia. Jatuhnya bom 'Little Boy' dan 'Fat Man' di Hiroshima dan Nagasaki melalui pesawat Amerika Serikat menjadi puncak dari kekalahan Jepang. Selain itu, peristiwa kekalahan Jepang juga merupakan kejadian besar dalam sejarah yang memakan ratusan ribu korban. Sehingga kejadiannya pun disiarkan melalui saluran radio internasional, yang mana kabar tersebut sampai pada seluruh penjuru dunia. Kabar perihal kekalahan Jepang yang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945 disiarkan oleh radio BBC London. Meskipun awalnya kabar mengenai kalahnya pihak Jepang disembunyikan agar tidak sampai beredar di Indonesia. Namun, Informasi mengenai kekalahan Jepang tersebut didengar oleh Sutan Syahrir, salah satu pemuda pejuang bawah tanah yang aktif dalam mencari informasi mengenai Jepang. Hal itu, kemudian ia jadikan peluang untuk mempercepat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Dengan adanya kabar tersebut, para pemuda menekan Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Setelah melalui banyak rencana mulai dari pengamanan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok hingga penjahitan bendera Merah Putih oleh Fatmawati. Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul WIB, akhirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Yang dihadiri oleh tokoh pemuda dan pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lagu Indonesia Raya. *** Terkini

PerjuanganANTARA Menyiarkan Proklamasi. Minggu, 17 Agustus 2008 12:27 WIB. Jakarta (ANTARA News) - Okupasi penjajah Jepang, termasuk mengubah Kantor Berita Antara menjadi Domei Indonesia, masih meregang meski Hiroshima dan Nagasaki telah dibom atom tentara Sekutu pada 9 dan 14 Agustus 1945. Tetapi itulah pertanda kekalahan Jepang dalam Perang - “Saya sedang menunggu mendengarkan Hitler berpidato. Saya merasa gembira dan terasa romantis bisa mendengarkan kabar langsung dari Eropa.” Ungkapan itu curahan hati pendengar radio saat krisis di Munich, Jerman, meledak pada September 1938. Pada bulan-bulan itu situasi Eropa bergejolak. Tak berapa lama, selepas September, Hitler memutuskan untuk menaruh penduduk Jerman di wilayah Cekoslovakia, yang kemudian disebut krisis Munich, tercetus nama H. V. Kaltenborn, seorang komentator radio yang mengabarkan perang tersebut. Dari sebuah studio bernama Studio Nine di kota New York, melalui Columbia Broadcasting Company, ia menyiarankan peristiwa-peristiwa seputar krisis Munich itu. Radio dan Pergeseran Konsumsi Berita Pada Perang Dunia II, radio bukanlah media kelewat asing bagi orang-orang Eropa dan Amerika Serikat. Pada akhir 1930-an atau awal Perang Dunia II, radio menjadi media hiburan yang sangat populer bagi pendengar orang Amerika. Dan selepas hanya dimanfaatkan untuk hiburan, radio pun menjelma sebagai saluran penyebaran informasi atau buku berjudul Radio Goes to War The Cultural Politics of Propaganda During World War II, yang ditulis oleh Gerd Horten, sejak awal dekade 1940-an radio telah berubah menjadi sumber berita utama. Perubahan itu memicu stasiun radio menyiarkan program-program berita secara berkala. Pada akhir dekade 1930-an, program berita, bincang politik, dan komentar peristiwa hanya mengisi porsi 5 persen dari keseluruhan program radio. Sementara pada pertengahan 1940-an, jumlahnya meningkat menjadi 20 perubahan radio sebagai pembawa berita tak luput pula mengabarkan kabar-kabar dari medan perang. Horten dalam bukunya menulis setelah Perang Dunia II, ada 60 komentator yang khusus mengabarkan peristiwa peperangan melalui siaran satu pendengar berita-berita perang dunia melalui radio, sebagaimana dikutip Horten, mengungkapkan “Kami menaruh kepercayaan yang besar terhadap siaran radio. Dalam krisis perang ini, radio menjangkau semua orang. Itulah mengapa radio hadir di sini.”Radio dan Revolusi Indonesia Tak cuma mengudara di Amerika Serikat atau negara-negara Eropa, radio pun hadir di Indonesia. Masduki dalam Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar mengungkapkan radio sudah eksis sejak Belanda masih berkuasa di Hindia Belanda. Selain berperan sebagai medium hiburan, melalui NIROM Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij, Pemerintah Belanda menjadikan radio sebagai alat propaganda dan kontrol juga berperan menyebarkan berita. Kabar tentang serangan Jepang terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour bahkan terdengar di Indonesia via radio. Pengarang Pramoedya Ananta Toer adalah salah seorang Indonesia yang mendengarkan informasi pengeboman Pearl Harbour melalui radio. Rudolf Mrazek dalam Engineers of Happy Land Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni menukil ingatan Pramoedya saat bersekolah di sekolah radio di Surabaya. Pada Desember 1941, Pramoedya mengenang “Ketika kami semua duduk di satu deretan kursi di laboratorium besar itu, radio paling kuat di sekolah itu dihidupkan dan dipasang ke pemancar Batavia. Sebuah sinyal masuk, sangat sulit tetapi jelas dan tak terlampau kasar, mengingat kenyataan waktu itu belum ada sistem high-fidelity. Berita dalam bahasa Belanda itu mengabarkan pesawat-pesawat tempur Jepang telah menyerang Pearl Harbour tanpa peringatan di Hawai. Amerika menyatakan perang terhadap Jepang; Inggris juga. Kemudian dibacakan pernyataan Hindia Belanda tentang perang melawan Jepang. Murid-murid itu melesat keluar ruang sekolah, melompat ke sepeda mereka, dan pergi ke rumah. Saya pun demikian.”Selepas masa Belanda, Jepang melakukan cara-cara yang hampir serupa terhadap radio. Rosihan Anwar dalam Sutan Sjahrir Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya mengungkapkan satu di antara hal pertama yang dilakukan Jepang adalah menyegel stasiun radio. Jepang memusatkan komando radio-radio di Indonesia di bawah pengawasan NHK Nippon Hoso Kyokai. Siaran-siaran yang mengudara diawasi secara ketat, sementara siaran dari luar negeri diputus oleh pemerintahan Dai Nippon. Salah satu siaran yang direstui Jepang untuk didengarkan masyarakat Indonesia ialah sandiwara radio. Meski begitu, pemerintahan Jepang telah melakukan sensor dan memasukkan unsur-unsur propaganda dalam siaran sandiwara radio tersebut. Pada 31 Oktober 1943, seperti disinggung Fandy Hutari dalam Sandiwara dan Perang Propaganda di Panggung Sandiwara Modern Zaman Jepang, sebuah program radio bernama "Pantjaran Sastera" memulai sandiwara radio bernama Tjitji Kaeroe Ajahkoe Poelang karya Kikoetji Kwan. Dalam siaran ini, terdengar kalimat “... adalah langkah pertama dari Pantjaran Sastera ke arah perkenalan dan pertalian batin antara Bangsa Nippon dan Indonesia.”Pantjaran Sastera merupakan program radio yang diselenggarakan oleh Keimin Bunka Shindosho yang mengudara pada stasiun Radio terlihat serius melakukan propaganda melalui radio, baik Belanda maupun Jepang tampaknya gagal untuk sepenuhnya menancapkan pengaruh di kepala orang Indonesia. Pasalnya, kepemilikan radio, apalagi oleh penduduk Indonesia, masih terbilang sangat kecil. Karena dinilai masih terlalu kecil, Jepang mendirikan pengeras suara atau menara radio di banyak tempat demikian, akibat pengawasan yang ketat, tak sembarang informasi bisa didapatkan masyarakat. Hanya berita yang telah disetujui Jepang yang boleh didengarkan dan disiarkan. Infografik Propaganda via Udara. Radio Sjahrir dan Proklamasi Kemerdekaan Namun, setidaknya ada satu sosok yang lolos kontrol sensor Jepang saat mendengarkan siaran radio. Sosok itu Sutan Sjahrir. Merujuk buku berjudul Mengenang Sjahrir Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Tersisihkan dan Terlupakan karya Rosihan Anwar, Sjahrir memiliki satu unit radio berwarna gelap dan tidak tersegel. Artinya, satu unit radio itu ilegal. Dan hal ini tidak disenangi oleh Jepang karena radio macam ini dimungkinkan untuk menangkap siaran radio yang belum disensor oleh Jepang. Risikonya sangat besar memiliki radio secara ilegal seperti itu disembunyikan Sjahrir di kamar tidurnya. Menggunakan radio berwarna gelap tak tersegel itulah, Rosihan mengungkapkan, Sjahrir dapat menangkap siaran-siaran berita luar negeri yang tidak disiarkan Jepang. Termasuk siaran dari radio Brisbane yang dipancarkan Pemerintah Hindia Belanda dalam pembuangan di Australia. Dari siaran itu, Sjahrir bahkan mendengarkan informasi tentang teman-teman di pembuangannya. Sjahrir pula di antara orang pergerakan paling awal yang berhasil mengetahui rentetan kekalahan Jepang dari Sekutu di pelbagai front pertempuran di Pasifik. Pada 10 Agustus 1945, Sjahrir telah mengetahui bahwa Jepang akan menyerah pada Sekutu selepas bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dari siaran radio yang ia dengarkan. Atas informasi yang ia miliki itu, Sjahrir menyuruh orang-orang kepercayaannya untuk mengantarkan informasi tentang kekalahan Jepang kepada Hatta. Hatta saat itu baru saja mendarat dari Dalat, Vietnam. Bersama Sukarno, ia diberikan janji bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan Indonesia. Melalui informasi itulah, Sjahrir hendak memberi peringatan Lupakan janji Jepang karena Jepang sendiri sudah keok dan segeralah nyatakan kemerdekaan tanpa embel-embel Anwar mengungkapkan kegiatan Sjahrir itu semacam “bernapas di bawah tanah” alias underground. Sukarno mengaku kepada penulis biografinya, Cindy Adams, mengenai kegiatan Sjahrir tersebut, kendati dengan intensi meremehkan“Apa, sih, underground Sjahrir itu? Hanya mendengarkan siaran radio luar negeri secara diam-diam,” ungkap dianggap "hanya" oleh Sukarno itu, pada dasarnya, bagian tak terpisahkan dari sejarah kelahiran proklamasi Indonesia. Rentetan kejadiannya, jika diringkas, menjadi begini 1 karena informasi soal kekalahan Jepang itu, para pemuda mendesak Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan selekas-lekasnya, 2 Sukarno-Hatta menolak desakan itu; 3 para pemuda kemudian "menculik" Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok.======Artikel ini tayang pertama kali pada 17 Agustus 2017. Diedit ulang untuk dirilis kembali pada tema laporan mendalam tentang radio. - Teknologi Reporter Ahmad ZaenudinPenulis Ahmad ZaenudinEditor Zen RS oZOciC.
  • vhspbb3ywh.pages.dev/15
  • vhspbb3ywh.pages.dev/86
  • vhspbb3ywh.pages.dev/221
  • vhspbb3ywh.pages.dev/265
  • vhspbb3ywh.pages.dev/307
  • vhspbb3ywh.pages.dev/362
  • vhspbb3ywh.pages.dev/88
  • vhspbb3ywh.pages.dev/171
  • vhspbb3ywh.pages.dev/49
  • radio yang menyiarkan kekalahan jepang